Dahlan Iskan lahir di Desa Kebun Dalam Tegalarum, Kecamatan
Bando, Magetan, Jawa Timur, tahun 1951. Akan tetapi, seperti pada umumnya
orang-orang jaman dulu khususnya keluarga miskin atau petani tidak tahu kapan tepatnya tanggal dan bulan
kelahiran mereka. Dahlan Iskan akhirnya memutuskan sendiri tanggal dan bulan
kelahirannya, yaitu 17 Agustus. Ia memilih tanggal serta bulan itu agar mudah
diingat karena bertepatan dengan kemerdekaan Indonesia.
Sejak kecil, Dahlan sudah akrab dengan kemiskinan. Pakaian
yang ia miliki hanya satu celana pendek, satu baju dan satu sarung. Kain sarung
yang ia miliki bisa dijadikan alat serbaguna olehnya. Mulai dari sebagai alat
ibadah, pengganti baju jika ia mencuci bajunya, pengganti celana jika ia
mencuci celananya, selimut, bahkan karung jika ia sedang mengumpulkan sisa
panen kedelai orang kaya.
Dahlan Iskan memulai karirnya sebagai calon reporter sebuah
surat kabar kecil di Samarinda setelah ia tidak menyelesaikan kuliahnya di
Universitas 17 Agustus dan IAIN (sekarang STAIN) dan lebih memilih untuk
menggeluti dunia kewartawanan di Koran kampus dan aktif dibeberapa organisasi
seperti Pelajar Islam Indonesia. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo.
Ketika itu Dahlan meliput musibah Tampomas dan menulisnya untuk laporan utama
Tempo dan Hasilnya luar biasa bagus sehingga Dahlan akhirnya dipromosikan
menjadi kepala biro Tempo Jatim. Ketika di Surabaya, seringkali Dahlan menulis
berita dan dikirimkan ke Koran lain selain Tempo seperti Surabaya Post dan
mingguan Ekonomi Indonesia untuk mendapat pemghasilan lebih. Akibatnya, ia
kerap ditegur Tempo karena mengirim tulisan ke media lain.
Pada tahun 1982, Dahlan Iskan dipercaya untuk memimpin Koran Jawa Pos yang dibeli oleh Eric Samola (Direktur Utama PT Grafiti Pers, penerbit Tempo). Koran ini dahulu beranama Java Post yang kemudian menjadi Djawa Post dan akhirnya menjadi Jawa Pos. Pada saat itu, pasar Koran Surabaya dikuasai oleh harian Surabaya Post dan Kompas. Jawa Pos waktu itu hamper mati dengan sirkulasi Cuma 6.800 eksemplar. Dalam kurun waktu lima tahun pertama (1982-1987), Dahlan iskan telah menjadikan Jawa Pos surat kabar spektakuler dengan oplah 126.000 eksemplar beserta omset tahunan melejit sampai Rp 10,6 miliar atau 20 kali lipat dari omset ditahun pertama (1982).
Pada tahun 1993, dalam usia 42 tahun, Dahlan Iskan memutuskan berhenti sebagai
pemimpin redaksi dan pemimpin umum Jawa Pos. Inisiatifnya untuk berhenti ini
sangat regenerasi , memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk berkarya
dan juga karena ia ingin lebih fokus sebagai orang nomor satu Jawa Pos News
Network yang ia dirikan selanjutnya.
Pada tahun 1997, ia berhasil mendirikan Graha Pena, gedung perkantoran
berlantai 20, dan menjadi salah satu gedung pencakar langit di Surabaya.
Kemudian gedung serupa juga dibangun di Jakarta pada tahun 2002. Dhalan
mengembangkan bisnis medianya dengan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN)
yang merupakan jaringan media terbesar di tanah air yang memimpin 190 surat
kabar, tabloid, dan majalah, serta memiliki 40 percetakan di seluruh Indonesia.
Kemudian Dahlan Iskan juga merambah media elektronik dengan mendirikan stasiun
televise lokal JTV di Surabaya, Batam TV di Batam, Riau TV di Pekanbaru, FMTV
di Makassar, PTV di Palembang, dan Parahyangan TV di Bandung, bahkan
diversifikasi bisnis usahanya tidak hanya seputar media cetak dan elektronikk,
kini telah mulai merambah bidang bisnis real estate dan perhotelan. Saat ini,
TV lokal yang ada sudah mencapai 34 buah.
Pada 23 September 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur
utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang dikritik karena selama
kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta. Banyak orang yang
tidak setuju akan hal ini, dikarenakan Dahlan Iskan bukanlah seorang yang
berpendidikan ataupun berada dalam bidang PLN. Menanggapi cibiran tersebut,
Dahlan dengan lugasnya menjawab melalui petikan : “PLN ini tempat berkumpul oran-orang hebat, karyawan lulusan SMA
jurusan terhebat, Fisika, jurusan yang dianggap paling pintar. Lalu, masuk
fakultas teknik elektro ITB, yang juga terhebat. Lulus ITB, diseleksi lagi
masuk PLN oleh senior-senior yang hebat. Tidak diragukan lagi, PLN adalah
kumpulan orang-orang terhebat dan terpintar di negeri ini” “ Ya. Yang
dibutuhkan sekarang adalah manusia bodoh seperti saya”. Semenjak memimpin
PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas byar pet se Indonesia
dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan, pencabutan capping.
Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya,
tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian
Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi
Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan. Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos,
Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik
swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power
di Surabaya.
Dua tahun menjabat sebagai Direktur Utama PLN, pada tanggal
17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai pengganti Menteri BUMN yang menderita sakit. Ia terisak dan terharu
begitu dirinya dipanggil menjadi menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN
yang menurutnya sedang pada puncak semangat untuk melakukan reformasi PLN serta
ia harus menanggung tanggung jawab yang besar dengan memegang amanah yang besar
ini.
Hal-hal menarik dalam sosok Dahlan
Iskan
- Walau berasal dari keluarga yang miskin serta tidak mengenyam pendidikan yang tinggi, tapi Ia dapat menjadi sosok yang penting dalam Negara.
- Dalam kurun waktu 5 tahun, ia telah dapat membangkitkan Jawa Pos yang hampir mati dan menjadikan Jawa Pos sebagai surat kabar paparan atas seperti Kompas.
Hal-hal yang dapat diteladani dari
Dahlan Iskan
- Selama menjadi Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan memilih tidak mengambil gaji dan menempati rumah dinas yang telah menjadi haknya. Ditengah maraknya korupsi, Dahlan justru memilih hal yang berlawanan.
- Walaupun Pemimpin, Dahlan Iskan turut ikut kelapangan untuk mengawasi kerja karyawan-karyawannya.
- Tetap menjadi diri sendiri dengan penampilan seperti biasanya walaupun telah memikul profesi yang tinggi.
- Selalu memiliki ide yang brilian dan langsung melaksanakan gebrakan-genrakan menuju perubahan yang lebih baik.
- Tidak egois, mengerti bahwa generasi muda lebih pantas untuk memimpin sesuai dengan zamannya.
- Tetap berusaha walaupun rintangan terus menerpa dan tidak pernah berputus asa.
Identitas Dahlan Iskan
- Nama: Dahlan Iskan
- Lahir: Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951
- Jabatan: Menteri BUMN 19 Oktober - sekarang, Chairman Jawa Pos Grup, 2000 - sekarang.
- Istri: Nafsiah Sabri
- Anak: Azrul Ananda dan Isna Fitriana
- Agama: Islam
- Pendidikan: Fakultas Hukum IAIN Sunan Ampel, Minout Indonesia LPPM (1979), FINNON LPPM (1980).
- Karier:
- Wartawan majalah Tempo (1976)
- Pemimpin surat kabar Jawa Pos sejak 1982
- Komisaris PT.Fangbian Iskan Corporindo (FIC) 2009
- Direktur Utama Perusda PT. PWU Jatim Group (2000)
- Komisaris pabrik kertas Adiprima Suraprinta
- Komisaris Power Plant PT. Prima Elektrik Power di Surabaya
- Direktur Utama Power Plant PT.Cahaya Fajar Kaltim
- Komisaris Kaltim Elektrik Power
- Ketua Umum Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) se-Indonesia
- CEO Jawa Pos Group, 2000 - sekarang
- Direktur Utama PLN 23 Desember 2009 - 19 Oktober 2011
- Menteri BUMN, 19 Oktober - sekarang
“Pujian ibarat
racun yang dibungkus madu, dapat membunuh dengan manis.”
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar